A. WAHDANIYAT ALLAH
Menurut Ibn Taimiyah illah
(Tuhan) adalah yang di puja penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendah
di hadapan-Nya, takut dan mengharapkan-Nya, kepadan-Nya tempat berpasrah ketika
berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal kepada-Nya untuk kemaslahatan
diri pada-Nya, meminta perlindungan diri pada-Nya, dan menimbulkan ketenangan
saat mengingat-Nya dan terpaut cinta pada-Nya.
Berdasarkan definisi di
atas, dapat di pahami bahwa “tuhan” itu bias berbentuk apa saja yang diperlukaan
oleh manusia, seperti harta, tahta dan syahwat.
Inti ajaran agama islam
adalah tauhid, mengesakan Allah dengan menegaskan sifat wahdaniyah: tiada
sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang semisal dengan-Nya. Ajaran tauhid tersebut
bermuara pada sikap pasrah dalam ketundukan (ibadah), yang tulus (ikhlas) hanya
kepada Allah dengan berpedoman kepada ajaran dan teladan rosulullah.
1. Tauhid
Rububiyyah
Tauhid rububiyyah berintikan pada penegasan atas ke Esa-an Allah dalam
af’al-Nya (perbuatannya), dalam penciptaan dan pemeliharaan semesta.
Tauhid rubiyyah ini secara filosofis dapat menjadi landasan kosmologi
islam.
Sebagai pandangan dunia, tauhid meliputi prinsip- perinsip berikut:
Dualitas, realities meliputi dua kategori umum yaitu Tuhan (pencipta)
dan bukan tuhan (ciptaan).
Ideasionalitas, hubungan antara dua struktur realitas pada dasarnya
bersifat ideasional.
Teleologis, hakikat kosmos bersifat teleologis, yakni bertujuan,
terencana atau didasarkan pada maksud- maksud tertentu sang pencipta.
2. Tauhid
Uluhiyah
Tauhid uluhiyah berintikan pada penegasan atau ke Esa-an Allah dalam
Dzatnya atau ketuhannan-Nya dan dalam beribadah kepada-Nya, seperti dalam doa,
nadzar, korban, berharap (raja), takut (kauf) dan tawakall.
Penjelasan diatas menggambarkan bahwa tauhid uluhiyah merupakan landasan
teologi islam yang monotheistic.
3. Tauhid
Mulkiyah
Tauhid mulkiyah berintikan kepada ke Esa-an Allah dalam kekuasaan dan
hukumannya.
B. DZAT,
ASMA, DAN SIFAT ALLAH
C. KONSEKUENSI
BERTAUHID
Meyakini Allah sebgai tuhan secara rububiyyah, mulkiyyah, dan uluhiyyah
di tuntut pembuktiannya bukan sekedar secara lisan, tetapi pada sikap dan
tindakan prilaku.
Lisan, sikap dan tindakan prilaku orang yang bertauhid bener-benar harus
terjaga dari kesyirikan dan kemungkaran.
Macam-macam syirik:
1. Syirik
rububiyyah
2. Syirik
mulkiyah
3. Syirik
uluhiyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar